Kamis, 21 Juli 2011

mikrobiologi terapan

 di susun oleh Lia Ariani (08320085)
IKIP PGRI SEMARANG


BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi pangan merupakan bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan makanan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme. Mikroorganisme dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat dan menjadikan lemak dan minyak berbau tengik. Beberapa mikroorganisme bersifat menguntungkan misalnya dapat menghasilkan produk-produk makanan khusus seperti keju dan acar, kedua produk ini tidak mudah rusak.
Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam bahan makanan dintaranya dapat menentukan taraf mutu bahan makanan, dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus. Disamping itu mikroorganisme dapat merupakan makanan tambahan bagi manusia dan hewan. Sesungguhnya mikroorganisme bahkan merupakan sumber makanan pilihan yang menarik.
Mikrobiologi industri merupakan pertumbuhan mikroorganisme dalam jumlah besar, dibawah keadaan terkendali, yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi dan bermanfaat. Dilihat dari sudut perindustrian, mikroorganisme “ pabrik zat kimia” yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroorganisme merombak bahan mentah (beberapa komponen dari medium tempat tumbuhnya dan yang dapat dianggap sebagai substrat) dan mengubah bahan mentah ini menjadi suatu produk baru.  



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Mikrobiologi Pangan
Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan makanan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun. Mikroba dapat juga menguntungkan, misalnya : menghasilkan produk-produk makanan khusus.makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak
            Kandungan mikroba di bahan pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut serta keefektifan metode pengawetannya.
Pentingnya mikroorganisme dalam bahan makanan , antara lain :
1)      Adanya mikroorganisme terutama jumlah dan macamnya, dapat menentukan taraf mutu bahan makanan.
2)      Mikroba  dapat mengakibatkan kerusakan makanan
3)      Beberapa mikroba dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus
4)      Beberapa mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan hewan
5)      Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan

1.            Keuntungan Mikroorganisme dalam Makanan
Mikroba mendatangkan keuntungan dalam bahan pangan bila akibat kehadirannya baik secara langsung atau tidak langsung mendapatkan keuntungan


a.      Berperan di Dalam Proses Pembuatan Pangan Khusus
Berbagai jenis makanan dan minuman hasil fermentasi seperti tempe, kecap, tauco, sosis, keju, bier, anggur dan sebagainya telah sejak lama dikenal melengkapi menu makanan atau minuman sehari-hari. Makanan dan minuman tersebut diolah secara fermentasi dengan menggunakan kemampuan mikroba.
Proses fermentasi melibatkan kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya, terbagi kedalam 2 bentuk:
1.      Proses fermentasi secara alkoholis, kalau hasilnya didapatkan alkohol, seperti misalnya dalam pembuatan beberapa jenis minuman : bir, anggur, tuak, brem, dan sebagainya.
2.      Proses fermentasi secara non alkoholis, kalau hasilnya tidak didapatkan senyawa alkohol, tetapi berbentuk asam organik, vitamin, asam amino dan sebagainya. Seperti misalnya di dalam pembuatan tempe, kecap, oncom, sosis, yoghurt dan sebagainya.
Proses fermentasi, baik secara alkoholik maupun non-alkoholik, merupakan proses yang unik dilakukan oleh mikroba; cepat, murah, aman, hemat energi dan nilai organoleptiknya (nilai yang dirasakan oleh lidah) rata- rata sesuai dengan selera.
Mikroba dapat diterapkan untuk bermanfaat sebagai industry pangan, bermacam- macam produk makanan dapat dibantu dengan aktivitas mikroba.
Di bawah ini adalah daftar nama mikroba peranannya dalam mengubah bahan mentah menjadi suatu produk yang bernilai tinggi.
Mikroba dan Peranannya
No
Mikroba
Bahan mentah
Produk
1


2

3



4







5


6



7
Saccharomyces cerevisiae


Penicillium roquefortii

Streptococcus thermophilus
L. bulgaricus

Tahap awal :
leuconostoc mesenteroides
streptococcus faecalis
pediococcus cerevisiae
fermentasi lanjut :
lactobacillus brevis
L.plantarum

S. cerevisiae Spirulina (ganggang)
Candida utilia

Rhizopus oligosporus
Rhizopus stoloniferus


Acetobacter xylinum.
Tepung
Gula

Susu

Susu



Ketimun







Sel itu sendiri



Kedelai


Air kelapa
roti
alcohol

keju roquefoti

yogurt



acar







protein sel tunggal




tempe


nata decoco


b.      Berperan di Dalam Peningkatan Nilai Gizi/Nutrisi Makanan
Kandungan mikroba dalam suatu specimen pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetannya
Ini terjadi seperti di dalam pembuatan tempe dari kedele, atau pembuatan bahan makanan lain seperti oncom, tuco, terasi dan sebagainya, yang disamping akan menghasilkan nilai gizi/ nutrisi yang jauh lebih baik dan lengkap, juga nilai organoleptik makanan hasilnya akan lebih baik dan meningkat.
c.       Berperan di Dalam Pengadaan Bau dan Ras
Contohnya seperti terjadi pada tempe, bau dan rasa kacang kedele yang langsung direbus, rata-rata kurang menarik kalau dibandingkan dengan kacang kedele yang telah diproses melalui proses fermentasi yang menghasilkan produk akhir berupa tempe. Juga bau dan rasa susu segar misalnya, banyak yang tidak menyukai kalau dibandingkan bila susu tersebut telah difermentasi menjadi makanan lain, antara lain yoghurt.
d.      Berperan di Dalam Perubahan Warna
Warna, seperti juga bau dan rasa, mempunyai arti yang sangat penting untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik akan lebih banyak mendatangkan peminat kalau dibandingkan makanan tersebut tidak mempunyai warna tertentu. Warna hasil proses mikroba disamping sesui untuk tubuh, stabil, juga aman (tidak ada kecenderungan bersifat karsinogenik).
2.            Kerugian Mikroorganisme dalam Makanan
Kebanyakan bahan makanan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan banyak macam mikroba. Pada keadaan fisik 7°-60° C. mikroba yang tumbuh pada bahan makanan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan makanan, seperti berikut :
a.          Mengubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki
b.         Menurunkan berat atau volume.
c.          Menurunkan nilai gizi/nutrisi.
d.         Mengubah bentuk dan susunan senyawa.
e.          Menghasilkan toksin (senyawa racun) yang membahayakan
Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur dan ragi merupakan penyebab terjadinya kerugian pada bahan makanan seperti diatas. Karenanya terhadap bahan makanan, sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan, selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
Kerusakan paling umum terjadi pada bahan makanan adalah pembusukan, dan ini dapat disebabkan bakteri maupun jamur. Dipihak lain sering makanan yang mengandung enterotoksin dalam jumlah cukup banyak untuk menimbulkan penyakit biasanya mempunyai penampilan, bau dan rasa yang normal, sehingga masih dikonsumsi sehingga menimbulkan keracunan.
Berikut ini merupakan proses-proses peruraian kerusakan pangan oleh mikroba sebagai berikut :
1)      Bahan makanan + mikroorganisme proteolitik               asam amino + amin + amonia + hydrogen sulfide
2)      Bahan pangan berkarbohidrat + mikroorganisme peragi karbohidrat                       
               asam + alcohol + gas
3)      Bahan pangan berlemak + mikroorganisme lipolitik            asam lemak + gliserol

Berikut ini merupakan beberapa contoh kerusakan pada makanan berkaleng oleh mikroba
No
Tipe kerusakan
Kelompok pH
Contoh
1
2
3
4
5
6
Termofili : asam-datar
Annaerob termofilik
Kerusakan oleh sulfide
Lactobacillus
Khamir
Kapang
5,3 dan lebih tinggi
4,8 dan lebih tinggi
5,3 dan lebih tinggi
4,5-3,7
3,7 dan lebih tinggi
3,7 dan lebih tinggi
Jagung, kacang polong
Bayam, jagung
Jagung, kacang polong
Buah-buahan
Buah-buahan
Buah-buahan

Berikut ini merupakan beberapa contoh kerusakan pada makanan tidak berkaleng oleh mikroba
No
Makanan
Tipe Kerusakan
mikroorganisme
1



2





3



4



5

Roti



Sirup





Buah-buahan dan sayurmayur
segar

Ikan



Telur

Bulukan



Menyerabut 
Menyerabut
Rasa khamir



Busuk lunak
Busuk berkapang kelabu
Busuk berkapang hitam

Berubah warna
Pembusukan


Busuk hijau
Busuk tak berwarna

Rhizopus nigricans, Penicillium
Aspergillus niger

Bacillus subtilis
Enterobacter aerogenes
Saccharomyces, zygosacharomyces

Rhizopus , Erwinia
botrytis
Aspergillus niger

Pseudomonas
Alcaligenes, Flavobacterium

Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas, Alcaligenes


Dalam kerusakan makanan berkaleng, tipe kerusakan mikrobiologis terpenting pada makanan yang dikalengkan secara komersial adalah :
1)      Kerusakan asam-datar. Kerusakan ini disebabkan karena pembentukan asam. Namun, masih mempertahankan penampilan luarnya yang normal; ujung-ujung kaleng itu tetap datar, karena itu dikenal istilah “asam-datar”. Organisme penyebab umumnya adalah Bacillus.
2)      Kerusakan AT. Tipe kerusakan ini disebabkan oleh anaerob termofilik karena itu dinamakan “AT”. Bakteri AT adalah Clostridium thermosaccharolyticum. Bakteri ini memfermentasi gula, menghasilkan asam dan gas; setelah beberapa waktu lamanya gas tersebut mengakibatkan kaleng membengkak dengan ujung-ujungnya menggelembung.
3)      Kerusakan akibat sulfide, tipe kerusakan ini disebabkan oleh bakteri desulfotomaculum nigrificans), terutama pada bahan makanan dengan kadar asam rendah. Selama pertumbuhan dan metabolismenya, bakteri ini menghasilkan hydrogen sulfide.

3.            Faktor Penyebab Pertumbuhan Mikroba Dalam Bahan Pangan
1. Faktor Intrinsik (Sifat Bahan Pangan)
Faktor–faktor intrinsik atau faktor dalam  yang dapat mempengaruhi populasi mikroorgannisme didalam makanan meliputi sifat-sifat kimia atau komposisi, sifat fisik dan struktur makanan. Faktor ini meliputi nilai  aktivitas aira(Aw), komposisi nutrien, pH, potensial redoks, adanya bahan pengawet alamiah atau tambahan dan sebagainya.
Ø  Aktivitas Air (aw= water activity)
Nilai aktivitas air untuk beberapa bahan makanan dan jenis  mikrooganisme khusus yang terdapat didalamnya kan berbeda untuk setiap jenis bahan makanan. Bahan makanan dengan kadar air tinggi ( nilai aw: 0,95 – 0,99) umumnya dapat ditumbuhi oleh semua jenis mikroorganisme dan biasanya kerusakan akan lebih banyak karena bakteri dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang dan khamir.
Ø  Nilai pH
Umumnya nilai pH bahan makanan berkisar antara 3,0 sampai 8,0. Kebanyakan  mikroorganisme tumbuh pada pH sekitar 5,0 sampai 8,0 dan hanya jenis-jenis tertentu saja mikroorganisme yang ditemukan pada bahan makanan dengan pH yang lebih rendah.
Ø  Potensial Redoks
Potensial redoks dari suatu sistem biologis adalah suatu sistem indeks dari tingkat oksidasinya. Bahan makanan dengan potensial redoks yang tinggi akan membantu pertumbuhan dari jenis-jenis mikroorganisme yang bersifat aerobik seperti Pseudomonas.
Ø  Zat-zat Gizi
Komposisi bahan makanan dapat menentukan jenis mikroorganisme yang dominan didalamnya, karena hal ini akan menentukan jenis zat gizi yang penting tersedia untuk perkembangan mikroorganisme. Bahan makanan dengan gizi yang cukup akan membantu pertumbuhan mikrooragnisme seperti, Lactobacillus yang membutuhkan banyak zat gizi.
Ø  Bahan Anti Mikrobial Alamiah
Bahan anti mikroba dapat diperoleh secara alamiah pada bahan-bahan makanan seperti minyak essensial dan tanin pada bahan makanan asal tumbuh-tumbuhan dan lizozyme serta avidin pada bahan makanan dari hewani seperti telur.
Ø  Struktur Biologis
Strukutr biologis seperti lapisan kulit telur, kutikula dari bagian tanaman berguna untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam bahan makanan.
2. Faktor Pengolahan
Faktor pengolahan ini akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme yang dominan dalam bahan makanan yang telah diolah atau diawetkan. Proses pengolahan seperti pemanasan atau irradiasi dapat membunuh sebagian atau seluruh mikroorganisme, terutama  mikroorganisme yang tidak tahan terhadap panas dan irradiasi.
           Pengeringan dan pembekuan bahan makanan dapat mengakibatkan kerusakan pada mikroorganisme yang terdapat didalamnya. Tetapi beberapa jenis mikroorganisme yang tahan terhadap perlakuan tersebut akan tetap dapat hidup dan dapat menyebabkan kerusakan bila bahan makanan tersebut dicairkan.
3. Faktor  Ekstrinsik (Lingkungan)
Bahan pangan segar atau makanan olahan yang tidak langsung dikonsumsi memerlukan tahap penyimpanan atau transpor/distribusi. Faktor-faktor yang mempengaruhui penyimpanan dan transpor seperti suhu, kelembaban dan susunan gas, merupakan faktor lingkungan (ekstrinsik) yang mempengaruhi populasi jasad renik yang terdapat pada makanan.
4. Faktor Implisit
Berbagai mikroba yang terdapat pada bahan makanan kadang-kadang mengakibatkan dua atau lebih jenis mikro organisme hidup bersama saling menguntungkan (sinergisme) atau sebaliknya yang satu merugikan  pertumbuhan jenis mikrorganisme yang lain (antagonisme).
5. Faktor Makanan
1.   Makanan yang mudah rusak, yaitu  yang  mempunyai  aktivitas  air (aw),  dan  pH  yang relatif  tinggi  (pH>5,3),  misalnya :  daging , daging ayam, ikan ,susu dan sebagainya.
2.     Makanan yang  agak  awet,  yaitu   makanan  yang  mempunyai  pH  pertengahan   (antara 4,5 sampai 6,3 )  atau  telah  mengalami  proses  pengawetan  sehingga kadar airnya menjadi agak rendah, misalnya: jam, jeli, susu kental manis, acar, sosis terfermentasi  dan sebagainya.
3.   Bahan  makanan  yang  awet  (tahan lama disimpan)  yaitu makanan  yang  telah    diawetkan dengan pengeringan sehingga kadar airnya (aw) rendah, misalnya   dendeng,  abon,  ikan asin     dan sebagainya.
4.            Pengaruh Proses Pengolahan terhadap Mikroorganisme
1. Pengaruh Pemanasan Terhadap Mikroorganisme
        Untuk mengendalikan pertumbuhan dan kegiatan mikroba dapat dilakukan dengan menggunakan perlakuan suhu tinggi. Pada perlakuan suhu diatas suhu maksimum pertumbuhan mikroba akan bersifat mematikan dan semakin tinggi suhunya akan semakin tinggi laju kematiannya.
2. Pengaruh Pembekuan Terhadap Mikroorganisme
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan atas dasar suhu optimum yang berguna untuk pertumbuhannya. Umumnya mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada suhu dibawah 320F, tetapi ada beberapa jenis khamir yang  masih bisa tumbuh dalam substrat tidak beku pada suhu dibawah 150F. Pendinginan yang lambat dapat merusak populasi mikroba dan bentuk mikrobia yang sangat peka adalah sel-sel vegetatif, sedangkan spora biasanya tidak rusak oleh pembekuan.
3. Pengaruh Pengeringan Terhadap Mikroorganisme
Proses pengeringan dalam pengolahan bahan makanan merupakan proses pembatasan air yang digunakan untuk pertumbuhan  oleh mikroorganisme. Hal ini akan menentukan jumlah dan jenis dari mikroorganisme untuk tumbuh dalam bahan makanan tersebut.
4. Pengaruh Pengolahan dengan Garam, Asam, dan Bahan Kimia Pengawet terhadap Mikroorganisme
a.      Pengolahan dengan Garam dan Asam
Garam akan sangat berpengaruh bila dimasukan kedalam bahan makanan karena garam akan dapat merobah rasa dari makanan dan juga dapat  menghambat pertumbuhan mikroorganisme pencemar pada bahan makanann terutama mikroorganisme proteolitik dan pembentuk spora walaupu dengan kadar yang sangat rendah (sampai 6%).
Pengolahan bahan makanan dengan pemberian garam/ NaCl konsentrasi tinggi dapat mencegah kerusakan dari bahan tersebut. Mikroorganisme psikrofilik dapat dicegah pertumbuhannya dengan pemberian NaCl pada konsetrasi 2-5 % dan dikombinasikan dengan suhu rendah.
b.       Pengolahan dengan Gula
Penggunaan  gula dalam pengolahan bahan makanan akan mempengaruhi mikroorganisme yang terdapat dalam bahan makanan tersebut, terutama bila dalam konsentrasi yang tinggi(minimal 40% padatan terlarut).Hal ini akan mengakibatkan air yang ada dalam bahan makanan tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga kadar airnya menjadi rendah dan keadaan inilah yang menyebabkan mikroorganisme tidak mampu untuk melakukan aktifitas hidupnya.
c.       Pengolahan dengan Bahan Pengawet Kimia
Penggunaan bahan kimia pengawet dalam bahan makanan dapat menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme baik bakteri, kapang dan khamir. Biasanya bahan kimia pengawet yang digunakan bersifat bakteriostatik karena hanya dipakai dalam jumlah kesil sehingga tidak membahayakan bagi konsumennya.
d.       Pengaruh Radiasi dalam Pengawetan Terhadap Mikroorganisme
Penggunaan radiasi dalam pengolahan bahan makanan bisa mempengaruhi ketahahan dari mikroorganisme. Radiasi yang digunakan ada dua macam yaitu: radiasi panas yang merupakan radiasi yang menggunakan sinar dengan gelombang yang panjang  dan radiasi ionisasi yang merupakan radiasi yang menggunakan sinar gelombang yang pendek.

B.         Mikrobiologi Industri
Mirobiologi industri adalah kegiatan industri yang melibatkan mikroba sebagai jasad pemroses dalam keadaan terkendali bertujuan untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis dan bermanfaat.
Salah satu keuntungan dalam mikrobiologi industry adalah bahwa bahan baku tidak selamanya menggunakan bahan yang segar, tetapi juga bahan sisa atau limbah atau bahan buangan sekalipun. Demikian juga pada pelaksanaan proses tidak selamanya dilakukan dilingkungan pabrik yang mempunyai bangunan khusus; dialam terbukapun dapat dilangsungkan.
1.      Prasyarat Proses Mikrobiologi Industri
Dilihat dari sudut perindustrian mikroorganisme merupakan “pabrik zat kimia” yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroorganisme merombak bahan mentah, dan mengubahnya menjadi suatu poroduk baru, dapat digambarkan sebagai berikut:
Subtrat (bahan mentah)  +  mikroorganisme                  produk baru
Tetapi hal tersebut memerlukan persyaratan agar mudah dilakukan dan ekonomis, prasyarat tersebut adalah (Pelczar, 1988):
1.      Organisme
Organisme yang dipakai harus dapat menghasilkan produk yang dikehendaki dalam jumlah yang cukup banyak; harus memiliki sifat yang stabil dan mampu tumbuh pesat dan hebat, serta tidak patogenik. Organisme semacam itu kini bahkan dapat diciptakan secara genetis untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan teknologi mutahir.
2.      Medium
Medium termasuk substrat yang digunakan oleh organisme itu untuk membuat produk baru, harus murah (relatif  terhadap produk yang dihasilkan) dan tersedia dalam jumlah banyak. Misalnya limbah yang mengandung nutrien dari industri persusuan (air dadih) dan industri kertas (cairan limbah dari pemasakan kayu) digunakan utuk menghasilkan bahn-bahan yang bernilai.
3.      Hasil
Produksi yang dibentuk melalui metabolisme mikroorganisme biasanya merupakan campuran heterogen yang meliputi sel mikrobe dalam jumlah yang luar biasa banyaknya dan komponen-komponen medium yang terpakai, disamping juga produk-produk  metabolisme lain selain yang tak dikehendaki. Karena itu perlu dikembangkan metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam slaka besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir yang diinginkan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
 











2.      Sektor Mikrobiologi Industri
Industry microbial telah memasuki beberapa sector kegiatan. Bidang kegiatan mikrobiologi industry tergantung kepada hasil yang didapatkan, dan terbagi menjadi beberapa sector kegiatan, antara lain : sector kimia, sector farmasi, sector energy, sector makanan, sector pertanian dan lain sebagainya.
Beberapa contoh Sector Mikrobiologi Industri
No
Sector
Produk yang dihasilkan
1



2

3




4








5



6

Kimia organik



Kimia anorganik

Bahan farmasi




Bahan makanan








Bidang pertanian



Industry penunjang
Etanol , aseton , butanol, asam organik ( asam sitrat, asam laktat, asam itakonat, dan sebagainya), berbagai enzim, polimer

Bioakumulasi dan pencucian metal (Cu, U)

Antibiotika, agensia diagnostika (enzim, antibody), inhibitor enzim, steroid, vaksin, vitamin, dan sebagainya

Etanol (gasohol), metana (biogas), dan biomassa sel
Makanan hasil fermensi (sosis, yoghurt, natan, tempe, kecap), minuman hasil fermentasi (brem, tuak, anggur, sider, sake, vodka), tepung ragi, aditif bahan makanan (antioksidan, stabilizer), glukosa, gula-sirup.

Makanan ternak, kompos, silase, pestisida microbial, inokulum (Rhizobium, mikoriza)

Penjernihan air, pengolahan buangan, pengontrolan lingkungan (pencernaan)

3.      Produk-produk Mikrobiologi Industri
Industri mikrobiologi digolongkan ke dalam bebetapa kategori, yang paling penting diantaranya adalah:
1.      Minuman beralkohol
2.      Makanan tambahan
3.      Bahan kimia farmasi
4.      Bahan hayati (vaksin dan antiserum)
5.      Bahan kimia industri

Bab III Penutup
Kesimpulan
Keberadaan mikroba pada makanan, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi manusia. Kandungan mikroba yang terkandung didalam bahan pangan dapat memberikan keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan pangan tersebut serta keefektifan metode pengawetannya.
Pada bidang  mikrobiologi industri, bahan baku tidak selamanya menggunakan bahan yang segar tetapi juga menggunakan bahan sisa atau limbah atau bahan buangan sekalipun. Demikian juga pada pelaksanaan proses tidak selamanya dilakukan dilingkungan pabrik yang mempunyai bangunan khususselain itu, alam terbuka juga dapat dilangsungkan.

e. Referensi
Budiyanto, MAK. 2003. Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM.
Pelczhar, Michael J. dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta. UI-Press.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar